BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, pertumbuhan industri di beberapa daerah tidak dapat terhindari. Semua ini merupakan dampak dari usaha pemenuhan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup dan mampu beradaptasi dan melakukan gaya hidup baru.
Berdasarkan profil desa (Anonimous, 2007a) diketahui desa Jatigunting merupakan salah satu desa di kecamatan Wonorejo, memiliki luas 479,598 ha, sebagian besar (95,41% atau seluas 457,598 ha) dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Meskipun termasuk agroekosistem LSI (lahan sawah irigasi), faktor air menjadi faktor pembatas utama dalam kegiatan pertanian di desa ini. Di desa ini terdapat satu sungai, tetapi debit airnya sangat kecil sehingga tidak mencukupi untuk kegiatan pertanian. Karena itu, sebagian besar sawahnya dimanfaatkan untuk usahatani padi sekali setahun pada MH.
Selama ini petani dalam budidaya padi menanam IR-64 atau Ciherang, dan beberapa tahun ini petani banyak gagal panen karena hama wereng atau walang sangit. Pada MH 2009/2010 BPTP Jatim memperkenalkan tanaman padi varietas Situbagendit, kemudian pada MK 2010 BPTP Jatim juga memperkenalkan Inpari 1. Beragamnya varietas padi di desa Jatigunting ini, mendorong penulis untuk meneliti varietas mana yang cocok dikembangkan di desa Jatigunting.
1.2. Permasalahan
Adanya beberapa varietas yang beredar di desa dan belum diketahui yang paling cocok, menyebabkan petani sering salah pilih sehingga budidaya padinya tidak panen. Pemilihan varietas yang hanya didasarkan pada “katanya petani lain” sering merugikan petani, karena petani sering tidak panen karena hama dsb. Permasalahan ini diharapkan bisa terjawab dari penelitian ini.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas padi sawah yang paling cocok untuk ditanam dan dikembangkan di Desa Jatigunting.
1.4. Luaran
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh 1-2 varietas padi sawah yang cocok ditanam dan dikembangkan di desa Jatigunting.
1.5. Manfaat
Dari penelitian ini diperoleh manfaat berupa tersedianya 1-2 varietas yang cocok di kembangkan di desa Jatigunting, sehingga meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Adapun manfaat-manfaat lain dari penelitian ini adalah:
- Agar petani tidak memungkinkan gagal panen.
b. Agar petani merasakan keuntungan yang lebih besar.
c. Supaya petani bisa tahu, tentang varietas padi yang paling unggul yang mau ditanam dikota Pasuruan, khususnya di Desa Jatigunting.
d. Memberikan wawasan terhadap patani.
e. Memberikan gaya baru tentang varietas padi yang bermutu
f. Memberikan kualitas padi yang baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peran Varietas Unggul Baru dalam Peningkatan Produksi
Varietas unggul umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama-penyakit utama atau toleran terhadap deraan lingkungan setempat, dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu (Anonimous, 2009). Selain itu, juga di kemukakan hal-hal sbb:
1. Pemilihan varietas disesuaikan dengan kondisi setempat, dan dianjurkan tahan hama penyakit endemik seperti wereng coklat, tungro, dan ulat serta memenuhi permintaan pasar.
2. VUB yang sessuai dengan kondisi setempat di peroleh dari hasil uji varietas, selain daya hasil tinggi dan ketahanan terhadap hama penyakit, aspek cita rasa nasi, umur panen, bentuk gabah, rendemen, dan kebeningan beras dan juga sering menjadi faktor penentu dalam pemilihan varietas oleh petani.
3. Hindari penanaman varietas yang sama secara terus menerus disatu lokasi untuk mengurangi serangan hama dan penyakit.
2.2. Deskripsi Varietas
Penelitian ini menggunakan empat varietas sebagai perlakuan, yaitu IR-64, Ciherang, Situbadendit dan Inpari 1. Deskripsi masing-masing varietas adalah sbb (Anonimous, 2007b; Suwono dkk, 2009):
A. Varietas Padi IR64
Nomor seleksi : IR18348-36-3-3
Asal persilangan : IR5657/IR2061
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-120
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 95
Anakan produktif : 5-12
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Tahan
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Bobot : 4 kg
Ketahanan terhadap :
Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1,2 dan agak
tahan wereng coklat biotipe 3.
Penyakit : Agak tahan hawar daun bakteri strain IV
Tahan kredit rumput.
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi
daratan rendaah sampai sedang
Pemulia : Introduksi dari IRRI
Dilepas tahun : 1986
B. Varietas Padi CIHERANG
Nomor seleksi : 53383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan :IR18349-53-1-3-1-3/2*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-120
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 91
Anakan produktif : 6-14
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Bobot : 3,5 kg
Ketahanan terhadap :
Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2
dan agak tahan biotipe 3
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain
III dan IV
Anjuran tanam : Baik ditanam dilahan sawah irigasi
dataran rendah sampai 500 m dpl.
Pemulia : Tarjat T, Z.A. Simanullang, E. Sumadi
dan Aan A. Darajat
Dilepas tahun : 2000
C. Varietas Padi SITU BAGENDIT
Nomor seleksi : S4325D-1-2-3-1
Asal persilangan : Batur/2*S2823-7D-8-1-A
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-120 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 98
Anak produktif : 11-16
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Tahan
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22%
Bobot : 4,5 kg
Ketahanan terhadap :
Penyakit : Agak tahan terhadap blas
Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
starain III dan IV
Anjuran tanam : Cocok ditanam dilahan kering maupun
ditanam di lahan sawah
Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Ddaradjat,
Ismail BP, dan N. Yunani,
Tim peneliti : Mukelar Amir, Atito D., dan Y. Samaullah,
Teknisi : Meru, U. Sujanang, Karmita, dan Sukarno
Dilepas tahun : 2003
D. Varietas Padi INPARI-1
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-120 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 92cm
Anakan produktif : 4-15
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22%
Bobot : 4 kg
Ketahanan terhadap :
Penyakit : Thn WC2; Thn HW3,4,8
Dilepas tahun : 2009
BAB III
METODOLOGI
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada MK-1 2011 (Maret s/d Juli 2011), di desa Jatignting kecamatan Wonorejo, kabupaten Pasuruan.
3.2. Perlakuan
Varietas padi yang dijuji adalah IR-64, Ciherang, Situ Bagendit dan Inpari-1. Varietas IR-64 dan Ciherang diperoleh dari kios pertanian Wonorejo, sedangkan Situ Bagendit dan Inpari-10 diperoleh dari Gapoktan Jati Abadi desa Jatigunting. Masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Tiap varietas ditanam pada petak seluas 1m2 (1 m X 1 m), dan penempatan masing-masing varietas berdasarkan ulangan seperti pada Gambar 1.
I | II | III | IV | V | VI |
A | B | C | D | A | B |
B | C | D | A | B | C |
C | D | A | B | C | D |
D | A | B | C | D | A |
Gambar 1. Denah penempatan perlakuan
A = Inpari-1; B = Situ Bagendit; C = Ciherang; dan D = IR-64;
I, II, III dan IV = ulangan
3.3.Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Tinggi tanaman (dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun)
2. Jumlah anakan (dihitung jumlah anakan yang hidup)
3. Saat berbunga (dihitung sejak tanaman mulai berbunga)
4. Hasil panen (ditimbang per varietas per petak, kemudian ditaksasi ke ha)
3.4.Pelaksanaan Percobaan
A. Persiapan Lahan
· Tanah di olah saat jenuh air (tidak harus menunggu air tergenang) menggunakan bajak singkal ditarik traktor atau ternak dengan kedalaman olah 20cm atau lebih
· Pengolahan tanah dilakukan secara 2 kali. Setelah pengolahan pertama, tanah digenang semalama 1 hari, kemudian dilakukan pengolahan kedua, diikuti penggaruan dan pengglebekan untuk meratakan dan pelumpuran (perbandingan lumpur dan air 1:1)
· Pupuk organik jerami atau pupuk kandang sebanyak 2 karung (untuk semua petak) diberikan saat pengolahan tanah kedua
B. Tanam
Tanam benih langsung, jarak tanam 25 cm x 25 cm, 1-5 benih perlubang. Tiap petak terdapat 16 rumpun tanaman padi.
C. Pemupukan
Di samping pupuk kandang, tanaman juga dipupuk dengan urea dan Phonska, dengan takaran 250 kg urea dan 200 kg Phonska/ha. Cara pemberian pupuk sbb: 30% urea dan seluruh pupuk Phonska diberikan sebelum tanaman umur 10 hari, sedangkan sisa pupuk urea diberikan pada tanaman umur 4-6 mingg, dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.
D. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali, pada umur 20 hari dan 55 hari setelah tanam, dengan cara mekanis yaitu mencabut rumput yang tumbuh di pertanaman padi (Gambar 2)
Gambar 2. Peneliti sedang menyiang secara manual
E. Pengendalian OPT
Hama penyakit yang banyak dijumpai adalah hama walang sangit, dikendadalikan dengan cara menyemprotkan decis pada tanaman, mulai umur 10 hari dengan interval penyemprotan tiap minggu, selama 3 kali (Gambar 3).
Gambar 3. Peneliti sedang menyemprot tanaman dengan Decis untuk mengendalikan walang sangit
F. Pengairan
Karena terbatasnya ketersediaan air, tanaman padi tidak digenangi tetapi diairi tiap minggu. Manfaat cara pengairan demikian adalah (Suwono dkk, 2009):
· Memberikan kesempaan bagi akar tanaman untuk mendapat kan aerasi yang cukup bagi perkembangan.
· Mencegah keracunan besi pada tanaman padi di tanah masam.
· Mencegah penimbunan asam-asam organik dan gas yang dapat menghambat perkembangan akar
· Mengurangi jumlah anakan tidak produktif
· Menyeragamkan pemanasan gabah dan mempercepat masa panen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Tinggi tanaman
Sejak tanaman umur 2 minggu s/d 8 minggu setelah tanam, masing-masing varietas padi yang diuji tidak memperlihatkan perbedaan tinggi yang mencolok. Pada umur 4 minggu setelah tanam, Ciherang memperlihatkan paling tumbuh paling tinggi diikuti dengan Situbagendit (Gambar 4). Ini memperlihatkan bahwa keempat varietas padi yang diuji dapat tumbuh optimal di desa Jatigunting.
2 |
4 |
8 |
Gambar 4. Histogram tinggi tanaman dari lima varietas padi yang diuji
4.2.Jumlah anakan
Pengamatan pada umur 6 minggu setelah tanam, memperlihatkan varietas Inpari-1, Ciherang dan IR-64 memiliki jumlah anakan sama yaitu 10 anakan, sebaliknya Situbagendit memiliki anakan 14 (Gambar 5). Dari aspek jumlah anakan, Situbagendit paling cocok ditanam di desa Jatigunting.
Gambar 5. Histogram jumlah anakan dari lima varietas padi yang diuji
1.2. Saat berbunga
Dari pengamatan saat berbunga, diketahui bahwa varietas Inpari-1, Situbagendit dan IR-64 saaat berbunganya bersamaan, yaitu saat tanaman umur 60 hari setelah tanam. Sebaliknya Ciherang saat berbunganya paling dalam, yaitu umur 67 hari dari tanam (Gambar 6).
Gambar 6. Histogram umur mulai berbunga dari lima varietas padi yang diuji
1.3. Hasil panen
Varietas Situ Bagendit berproduksi 8,25 ton/ha, lebih tinggi daripda varietas Inpari-1, Ciherang dan IR-64, masing-masing berproduksi 6 ton/ha (Gambar 7). Paling tingginya produksi Situ Bagendit diduga karena varietas ini memiliki anakan paling banyak. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, Situ Bagendit mempunyai anakan 14, sedangkan varietas lainnya hanya mempnyai anakan 10. Dari hasil panen ini, tampaknya Situ Bagendit paling cocok dikembangkan di desa Jatigunting.
Gambar 6. Histogram hasil panen lima varietas padi yang diuji
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari keragaan pertumbuhan dan produksi kelima varietas yang diuji, varietas Situ Bagendit memperlihatkan pertumbuhan dan hasil panen paling baik. Dengan demikian, disimpulkan bahwa varietas Situ Bagendit paling cocok ditanam dan dikembangkan di desa Jatigunting, kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
5.2.Saran
Secara umum penulis ingin menyarankan kepada para petani di kabupaten Pasuruan yang khususnya di Desa Jati Gunting untuk memilih varitas Situ Bagendit karena dengan menggunakan varitas padi tersebut terutama di desa saya, diharapkan produksi usahatani padinya meningkat, sehingga petani menjadi sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimimous. 2007a. Profil desa Jati Gunting. Desa Jatigunting Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan. 28p
Anonimimous. 2009. Pedoman umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 6.
Anonimimous. 2007b. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 5-63.
Suwono, Kasijadi dan Z. Arifin. 2009. Inovasi Teknologi Pengelolaan Tanaman Padi Sawah secara Terpadu di Bakorwil Malang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. 40p.