Pages

Banner 468

Kamis, 15 September 2011

Uji Pertumbuhan Dan Produktifitas Beberapa Varietas Padi Sawah Di Desa Jatigunting Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

0 komentar
 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, pertumbuhan industri di beberapa daerah tidak dapat terhindari. Semua ini merupakan dampak dari usaha pemenuhan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup dan mampu beradaptasi dan melakukan gaya hidup baru.

Berdasarkan profil desa (Anonimous, 2007a) diketahui desa Jatigunting merupakan salah satu desa di kecamatan Wonorejo, memiliki luas 479,598 ha, sebagian besar (95,41% atau seluas 457,598 ha) dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Meskipun termasuk agroekosistem LSI (lahan sawah irigasi), faktor air menjadi faktor pembatas utama dalam kegiatan pertanian di desa ini. Di desa ini terdapat satu sungai, tetapi debit airnya sangat kecil sehingga tidak mencukupi untuk kegiatan pertanian. Karena itu, sebagian besar sawahnya dimanfaatkan untuk usahatani padi sekali setahun pada MH.

Selama ini petani dalam budidaya padi menanam IR-64 atau Ciherang, dan beberapa tahun ini petani banyak gagal panen karena hama wereng atau walang sangit. Pada MH 2009/2010 BPTP Jatim memperkenalkan tanaman padi varietas Situbagendit, kemudian pada MK 2010 BPTP Jatim juga memperkenalkan Inpari 1. Beragamnya varietas padi di desa Jatigunting ini, mendorong penulis untuk meneliti varietas mana yang cocok dikembangkan di desa Jatigunting.

1.2. Permasalahan

Adanya beberapa varietas yang beredar di desa dan belum diketahui yang paling cocok, menyebabkan petani sering salah pilih sehingga budidaya padinya tidak panen. Pemilihan varietas yang hanya didasarkan pada “katanya petani lain” sering merugikan petani, karena petani sering tidak panen karena hama dsb. Permasalahan ini diharapkan bisa terjawab dari penelitian ini.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas padi sawah yang paling cocok untuk ditanam dan dikembangkan di Desa Jatigunting.

1.4. Luaran

Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh 1-2 varietas padi sawah yang cocok ditanam dan dikembangkan di desa Jatigunting.

1.5. Manfaat

Dari penelitian ini diperoleh manfaat berupa tersedianya 1-2 varietas yang cocok di kembangkan di desa Jatigunting, sehingga meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Adapun manfaat-manfaat lain dari penelitian ini adalah:

  1. Agar petani tidak memungkinkan gagal panen.

b. Agar petani merasakan keuntungan yang lebih besar.

c. Supaya petani bisa tahu, tentang varietas padi yang paling unggul yang mau ditanam dikota Pasuruan, khususnya di Desa Jatigunting.

d. Memberikan wawasan terhadap patani.

e. Memberikan gaya baru tentang varietas padi yang bermutu

f. Memberikan kualitas padi yang baik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Varietas Unggul Baru dalam Peningkatan Produksi

Varietas unggul umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama-penyakit utama atau toleran terhadap deraan lingkungan setempat, dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu (Anonimous, 2009). Selain itu, juga di kemukakan hal-hal sbb:

1. Pemilihan varietas disesuaikan dengan kondisi setempat, dan dianjurkan tahan hama penyakit endemik seperti wereng coklat, tungro, dan ulat serta memenuhi permintaan pasar.

2. VUB yang sessuai dengan kondisi setempat di peroleh dari hasil uji varietas, selain daya hasil tinggi dan ketahanan terhadap hama penyakit, aspek cita rasa nasi, umur panen, bentuk gabah, rendemen, dan kebeningan beras dan juga sering menjadi faktor penentu dalam pemilihan varietas oleh petani.

3. Hindari penanaman varietas yang sama secara terus menerus disatu lokasi untuk mengurangi serangan hama dan penyakit.

2.2. Deskripsi Varietas

Penelitian ini menggunakan empat varietas sebagai perlakuan, yaitu IR-64, Ciherang, Situbadendit dan Inpari 1. Deskripsi masing-masing varietas adalah sbb (Anonimous, 2007b; Suwono dkk, 2009):


A. Varietas Padi IR64

Nomor seleksi : IR18348-36-3-3

Asal persilangan : IR5657/IR2061

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110-120

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 95

Anakan produktif : 5-12

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping panjang

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Bobot : 4 kg

Ketahanan terhadap :

Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1,2 dan agak

tahan wereng coklat biotipe 3.

Penyakit : Agak tahan hawar daun bakteri strain IV

Tahan kredit rumput.

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi

daratan rendaah sampai sedang

Pemulia : Introduksi dari IRRI

Dilepas tahun : 1986


B. Varietas Padi CIHERANG

Nomor seleksi : 53383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan :IR18349-53-1-3-1-3/2*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110-120

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 91

Anakan produktif : 6-14

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Bobot : 3,5 kg

Ketahanan terhadap :

Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2

dan agak tahan biotipe 3

Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain

III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam dilahan sawah irigasi

dataran rendah sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z.A. Simanullang, E. Sumadi

dan Aan A. Darajat

Dilepas tahun : 2000

C. Varietas Padi SITU BAGENDIT

Nomor seleksi : S4325D-1-2-3-1

Asal persilangan : Batur/2*S2823-7D-8-1-A

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110-120 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 98

Anak produktif : 11-16

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 22%

Bobot : 4,5 kg

Ketahanan terhadap :

Penyakit : Agak tahan terhadap blas

Agak tahan terhadap hawar daun bakteri

starain III dan IV

Anjuran tanam : Cocok ditanam dilahan kering maupun

ditanam di lahan sawah

Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Ddaradjat,

Ismail BP, dan N. Yunani,

Tim peneliti : Mukelar Amir, Atito D., dan Y. Samaullah,

Teknisi : Meru, U. Sujanang, Karmita, dan Sukarno

Dilepas tahun : 2003

D. Varietas Padi INPARI-1

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110-120 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 92cm

Anakan produktif : 4-15

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping

Warna gabah : Kuning

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 22%

Bobot : 4 kg

Ketahanan terhadap :

Penyakit : Thn WC2; Thn HW3,4,8

Dilepas tahun : 2009

BAB III

METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada MK-1 2011 (Maret s/d Juli 2011), di desa Jatignting kecamatan Wonorejo, kabupaten Pasuruan.

3.2. Perlakuan

Varietas padi yang dijuji adalah IR-64, Ciherang, Situ Bagendit dan Inpari-1. Varietas IR-64 dan Ciherang diperoleh dari kios pertanian Wonorejo, sedangkan Situ Bagendit dan Inpari-10 diperoleh dari Gapoktan Jati Abadi desa Jatigunting. Masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Tiap varietas ditanam pada petak seluas 1m2 (1 m X 1 m), dan penempatan masing-masing varietas berdasarkan ulangan seperti pada Gambar 1.

I

II

III

IV

V

VI

A

B

C

D

A

B

B

C

D

A

B

C

C

D

A

B

C

D

D

A

B

C

D

A

Gambar 1. Denah penempatan perlakuan

A = Inpari-1; B = Situ Bagendit; C = Ciherang; dan D = IR-64;

I, II, III dan IV = ulangan

3.3.Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan meliputi:

1. Tinggi tanaman (dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun)

2. Jumlah anakan (dihitung jumlah anakan yang hidup)

3. Saat berbunga (dihitung sejak tanaman mulai berbunga)

4. Hasil panen (ditimbang per varietas per petak, kemudian ditaksasi ke ha)

3.4.Pelaksanaan Percobaan

A. Persiapan Lahan

· Tanah di olah saat jenuh air (tidak harus menunggu air tergenang) menggunakan bajak singkal ditarik traktor atau ternak dengan kedalaman olah 20cm atau lebih

· Pengolahan tanah dilakukan secara 2 kali. Setelah pengolahan pertama, tanah digenang semalama 1 hari, kemudian dilakukan pengolahan kedua, diikuti penggaruan dan pengglebekan untuk meratakan dan pelumpuran (perbandingan lumpur dan air 1:1)

· Pupuk organik jerami atau pupuk kandang sebanyak 2 karung (untuk semua petak) diberikan saat pengolahan tanah kedua

B. Tanam

Tanam benih langsung, jarak tanam 25 cm x 25 cm, 1-5 benih perlubang. Tiap petak terdapat 16 rumpun tanaman padi.

C. Pemupukan

Di samping pupuk kandang, tanaman juga dipupuk dengan urea dan Phonska, dengan takaran 250 kg urea dan 200 kg Phonska/ha. Cara pemberian pupuk sbb: 30% urea dan seluruh pupuk Phonska diberikan sebelum tanaman umur 10 hari, sedangkan sisa pupuk urea diberikan pada tanaman umur 4-6 mingg, dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.


D. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dua kali, pada umur 20 hari dan 55 hari setelah tanam, dengan cara mekanis yaitu mencabut rumput yang tumbuh di pertanaman padi (Gambar 2)


Gambar 2. Peneliti sedang menyiang secara manual

E. Pengendalian OPT

Hama penyakit yang banyak dijumpai adalah hama walang sangit, dikendadalikan dengan cara menyemprotkan decis pada tanaman, mulai umur 10 hari dengan interval penyemprotan tiap minggu, selama 3 kali (Gambar 3).


Gambar 3. Peneliti sedang menyemprot tanaman dengan Decis untuk mengendalikan walang sangit


F. Pengairan

Karena terbatasnya ketersediaan air, tanaman padi tidak digenangi tetapi diairi tiap minggu. Manfaat cara pengairan demikian adalah (Suwono dkk, 2009):

· Memberikan kesempaan bagi akar tanaman untuk mendapat kan aerasi yang cukup bagi perkembangan.

· Mencegah keracunan besi pada tanaman padi di tanah masam.

· Mencegah penimbunan asam-asam organik dan gas yang dapat menghambat perkembangan akar

· Mengurangi jumlah anakan tidak produktif

· Menyeragamkan pemanasan gabah dan mempercepat masa panen


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Tinggi tanaman

Sejak tanaman umur 2 minggu s/d 8 minggu setelah tanam, masing-masing varietas padi yang diuji tidak memperlihatkan perbedaan tinggi yang mencolok. Pada umur 4 minggu setelah tanam, Ciherang memperlihatkan paling tumbuh paling tinggi diikuti dengan Situbagendit (Gambar 4). Ini memperlihatkan bahwa keempat varietas padi yang diuji dapat tumbuh optimal di desa Jatigunting.

2

4

8


Gambar 4. Histogram tinggi tanaman dari lima varietas padi yang diuji

4.2.Jumlah anakan

Pengamatan pada umur 6 minggu setelah tanam, memperlihatkan varietas Inpari-1, Ciherang dan IR-64 memiliki jumlah anakan sama yaitu 10 anakan, sebaliknya Situbagendit memiliki anakan 14 (Gambar 5). Dari aspek jumlah anakan, Situbagendit paling cocok ditanam di desa Jatigunting.

Gambar 5. Histogram jumlah anakan dari lima varietas padi yang diuji

1.2. Saat berbunga

Dari pengamatan saat berbunga, diketahui bahwa varietas Inpari-1, Situbagendit dan IR-64 saaat berbunganya bersamaan, yaitu saat tanaman umur 60 hari setelah tanam. Sebaliknya Ciherang saat berbunganya paling dalam, yaitu umur 67 hari dari tanam (Gambar 6).


Gambar 6. Histogram umur mulai berbunga dari lima varietas padi yang diuji

1.3. Hasil panen

Varietas Situ Bagendit berproduksi 8,25 ton/ha, lebih tinggi daripda varietas Inpari-1, Ciherang dan IR-64, masing-masing berproduksi 6 ton/ha (Gambar 7). Paling tingginya produksi Situ Bagendit diduga karena varietas ini memiliki anakan paling banyak. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, Situ Bagendit mempunyai anakan 14, sedangkan varietas lainnya hanya mempnyai anakan 10. Dari hasil panen ini, tampaknya Situ Bagendit paling cocok dikembangkan di desa Jatigunting.


Gambar 6. Histogram hasil panen lima varietas padi yang diuji

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Dari keragaan pertumbuhan dan produksi kelima varietas yang diuji, varietas Situ Bagendit memperlihatkan pertumbuhan dan hasil panen paling baik. Dengan demikian, disimpulkan bahwa varietas Situ Bagendit paling cocok ditanam dan dikembangkan di desa Jatigunting, kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

5.2.Saran

Secara umum penulis ingin menyarankan kepada para petani di kabupaten Pasuruan yang khususnya di Desa Jati Gunting untuk memilih varitas Situ Bagendit karena dengan menggunakan varitas padi tersebut terutama di desa saya, diharapkan produksi usahatani padinya meningkat, sehingga petani menjadi sejahtera.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimimous. 2007a. Profil desa Jati Gunting. Desa Jatigunting Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan. 28p

Anonimimous. 2009. Pedoman umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 6.

Anonimimous. 2007b. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 5-63.

Suwono, Kasijadi dan Z. Arifin. 2009. Inovasi Teknologi Pengelolaan Tanaman Padi Sawah secara Terpadu di Bakorwil Malang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. 40p.


Readmore...
Powered By Blogger